Kamis, 14 Juni 2012

kesan - kesan saat menonton film di kelas

Baru saja kita semua menonton film yang di putarkan oleh Ibu.Egi di kelas , film- film tersebut bermaknakan kesan yan yang banyak . menurut pendapat saya kesan yang tersirat pada film-film tersebut adalahmemotifasi kita agar menjadi seorang yang lebih baik lagi di bandingkan sekarang. Dari film-film tersebut kita juga mendapatkan manfaat yang baik, manfaat yang saya dapat merubah diri kita menjadi seorang yang berguna , tidak takut pada kegagalan karna dalam kegagalan bukan berati kita harus berputus asa melainkan kita belajar menjadi seorang yang maju , sukses dan berani untuk mengambil sebuah tindakan walau harus menanggung resikonya , lalu manfaatnnya kita harus berusaha janganhanya menggandalkan kelemahan yang kita dapat , fisik kita mampu untuk berusaha kenapa kita harus kalah kpda orang yang fisiknnya kurang mampu atau cacat fisik . mereka tidak pantang menyerah , tidak berputus asa , selalu berusaha dan selalu bersyukur atas nikmat yang di berikan TUHAN , intainnya kita harus banyak belajar dari mereka agar selalu berusaha , bersyukur , tidak berputus asa , danselalu tidak pantang menyerah . lalu kita harus menjadi orang yang tidak boleh membedakan satu sama lain , selalu ingat bahwa kita ini sama semuannya tidak ada perbedaan satu sama lain, dan tidak boleh sombong . lalu sya mempunyai imipin yang belum terlaksankaningin sekali membuat orang tua saya bangga atas keberhasilan saya dan membahagiakan meraka kelak nanti saat meraka sudah senja atau tua. Inti dari semuannya adalah kita harus menjadi seorang yang lebih baik , bergunan, selalu berusaha , tidak boleh membedakan satu samalain ,dan hendaknnya memberikan yang terbaik untuk orang tua kita membahagiakannya selalu . semuannya memotifasi kita menjadi seorang yang baik dari sekarang . Terimakasih 

Rabu, 25 April 2012

PENYESUAIAN DIRI DAN PERKEMBANGAN PERSONAL

Untuk tugas kali ini saya akan membahas entang penyesuian diri dan pertumbuhan personal . mari kita lansung saja lihat dan bahas apa itu penyesuian diri dan pertumbuhan personal .. PENYESUAIAN DIRI A. Pengertian Penyesuian diri Sering kali penyesuian diri dimengerti sebagai misalnnya , kemampuan individu untuk menyamakan diri dengan harapan kelompok. Individu yang sehat mestinnya mampu memahami harapan kelompok tempat individu yang bersangkutan menjadi anggotannya dan melakukan tindakan sesuai yang di harapkan . penyesuian diri juga bisa dipahami sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal harian . orang yang memiliki penyesuian diri yang baik adalah orang yang dengan cepat mampu mengelolah dirinnya menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi . contohnnya : seorang anak bisa belajar lebih giat , menyediakan waktun lebih banyak untuk belajar dari pada kegiatan lain karna menjelang ujian . selain iu penyesuian diri dapat juga di pahami sebagai belajar hidup dengan sesuatu yang tidak dapa di ubah . orang yang memiliki penyesuian diri yang baik bisa menerima keterbatasan yang tidak dapat di ubah . contohnnya : dia mampu menerima cacat fisik , setelah ia mengalami kecalakan ,dan membuatnnya menjadi cacat fisi serta tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasannya . Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan orang-orang yang ada di sekitarnya Penyesuaiaan diri berhubungan dengan cara-cara yang dipilih individu untuk mengolah rangsangan, ajakan dan dorongan yang datang dari dalam maupun luar diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh pribadi yang sehat mental adalah penyesuaian diri yang aktif dalam pengertian bahwa individu berperan aktif dalam pemilihan cara-cara pengolahan rangsang itu. Selain itu Penyesuaian diri yang dilakukan orang sehat mental tidak menyebabkan bergantinya kepribadian. Perubahan-perubahan dalam diri individu tidak mengubah secara drastis dirinya. Pada orang sehat mental stabilitas diri dipertahankan. Dalam menyesuaian diri dengan lingkungan, individu dapat menerima apa yang ia anggap baik dan menolak apa yang ia anggap buruk berdasarkan pegangan normatif yang ia miliki. Kita sudah memahami bahwa penyesuaian diri merupakan dasar bagi penentuan derajat kesehatan mental seseorang. Orang yang dapat menyesuaikan diri secara aktif dan realistis sambil tetap mempertahankan stabilitas diri mengindikasikan adanya kesehatan mental yang tinggi pada dirinya. Sebaliknya mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri secara aktif, tidak realistik dan tidak stabil dirinya menunjukkan rendahnya kesehatan mental pada dirinya. Dengan kata lain kemampuan penyesuaian diri merupakan variabel utama dalam kesehatan mental. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peningkatan derajat kesehatan mental setara dengan peningkatan kemampuan penyesuaian diri yang aktif, realistik disertai dengan stabilitas diri. Sebenarnnya dalam bahasa inggris , isilah penyesuian diri memiliki 2 kata yang berbeda maknannya , yaiu adapasi ( adaptaion ) dan penyesuian ( adjustment). Kedua istilah tersebut sama^sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuian diri, tetapi memiliki perbedaan makna yang besar . adaptasi ( adaptaion ) memiliki pengertian individu melakukan penyesuian diridengan lingkungan. Pengertian ini lebih menekankan pada perubahan yang individu lakukan terhadap dirinnya supaya tetap bisa sesuian dengan lingkungannya . sedangkan penyesuaian ( adjustment) dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan individu . pengertian ini lebih menekankan pada perubahan lingkungan dilakukan oleh individu sebagai tetap sesuia dengan dirinnya. Jadi penyesiuan diri yang baik itu individu atau seseorang mampu menggunakan mekanisme penyesuian diri secara luwes dan tergantung pada siuasinnya. Menur ut konsepnnya penyesuian diri adalah konsep yang di deskripsikan sebagai adaptasi dan mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien. B. Ketidak mampuan menyesuiakan diri dan abnormalitas orang yang tidak mampu menyesuiakan diri dengan baik disebut dengan istilah maladjusted . pemahaman mengenai maladjusted seringkali dikacaukan pemahamannya dengan abnormalias . banyak yang mengatakan bahwa ketidk mampuan menyesuiakan diri itu dikaakan dengan abnormal padahal sebenrnnya tidak selalu abnormal . kesulitan unuk membedakan pemahaman mengenai maladjusted dengan abnormalitas ini tampaknnya juga di picu dengan kecenderungan memahami penyesuaian diri sebagi suatu hasil dari pada melihat penyesuian diri sebagai suatu proses, pemahaman ini , factor- factor situasional menjadi diperhatikan unuk mempertimbangkan baik-tidaknnya penyesuian diri yang dilakukan itu. C. Cirri-ciri penyesuian diri yang efektif 1. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas Pemahaman atau persepsi orang terhadap realita berbeda-beda , mesikipun realita yang di hadapi adalah sama. Perbedaan persepsi tersebu t dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing orang yang tentunnya berbeda satu sama lain. Mesikup begitu individu memiliki penyesuian diri yang baik memiliki persepsi yang relative objektif dala realita . 2. Kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan atau stress dan kecemasan Pada dasarnnya orang tidak senang bila mengalami tekan dari kecemasan . orang yang mampu menyesuiakan diri tidak selalu menghindari munculnya tekenan dan kecemasan . 3. Mempunyai gambaran diri yang posiif tentang dirinnya Pandangan individu terhadap dirinnya dapat menjadi indicator dari kualitas penyesuian diri yang di miliki. Padangan tersebut lebih mengarah pada individu yang harmonis atau sebaliknnya . 4. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan Orang yang dapat menyesuikan diri yang baik di cirikan memiliki kehidupan emosi yang sehat. Orang tersebu mampu menyadari dan merasakan emosi atau perasaan yang saat itu dialami serta dapat mengeksperisan persaan dan emosinnya tersebut dalam sperktrum yang luas. Sebali9knya jika penyesuian diri yang buruk dapat ditandai dengan cara mengekspresikan emosinnya secara berlebihan ( over). 5. Relasi ineterpersonal baik Individu yang mempunyai penyesuian diri yang baik mampu mencapaitingkat keintiman yang tepat dealam suatu hubungan social. D. Aspek-aspek Penyesuaian Diri Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu sebagai berikut: a. Penyesuaian pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dalam mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.Pada aspek ini, keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai oleh: • Tidak adanya rasa benci, • Tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya. Sebaliknya, kegagalan penyesuaian pribadi ditandai oleh: • Kegoncangan emosi • Kecemasan • Ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya sebagai akibat adanya jarak pemisah anatara kemampuan individu dan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungannya. b. Penyesuaian social Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial di tempat individu itu hidup dan berinterakasi dengan orang lain. Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup hungan dengan anggota keluarga, masyarakat, sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat luas secara umum. Proses yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Setiap kelompok masyarakat atau suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma sosial yang berbeda-beda. Dalam proses penyesuaian sosial individu berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang berbeda-beda lalu berusaha untuk mematuhinya, sehingga menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya. E. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Menurut Sunarto dan Hartono (1995) terdapat bentuk-bentuk dari penyesuaian diri positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1. Tidak adanya ketegangan emosional. 2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis. 3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi. 4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri. 5. Mampu dalam belajar. 6. Menghargai pengalaman. 7. Bersikap realistik dan objektif. PERTUMBUHAN PERSONAL Pengertian pertumbuhan : Kehidupan manusia dihubungkan dalam 2 proses yang terus menerus dan berkelanjutan . kedua proses tersebut merupakan pengertisn dsri pertumbuhsn dan perkembangan. Manusia mmempunyai kapasitas jasmanih dan rohaniah sebgai suatu kondi yang menuju pada arah kesempurnaan . menurut Crow dan Crow , kematangan atau pertumbuhan sejak pembuahan dan seterusnya merupakan gejala alamiah. Pertumbuhan itu sebagai suatu hasil dari fakor-faktor luar dari individu yang matang atau tumbuh itu bisa di tunjukan sebagi perkembangan . Definisi pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis dari hasil proses suau kematangan funsi-fungsi jasmani sebagai akibat dari adannya pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai proses berubahnnya keadaan jasmaniah (fisik) yang turun-menurun dalam bentuk proses aktif yang berkesinambungan. Selain itu pertumbuhan tidak hanya berlaku pada hal yang bersifat kuntitatif , seperti alam, sel, kromosom rambut dan lain-lain . namun pertumbuhan terdiri daribahan-bahan kualitatif seperi kesan, keinginan, ide, gagasan , pengeahuan , nilai dan lain-lain. Pengretian lain tentang pertumbuahan. Manusia merupakan makhluk individu. Manusia itu disebut individu apabila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang. Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor yang mempengaruhinya terutama lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat pun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu. Terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap demi tahap karena pengaruh baik dari pengalamaan atau empire luar melalui panca indra yang menimbulkan pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimblkanreflexions. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan individu, yaitu: 1. Faktor Biologis Semua manusia normal dan sehat pasti memiliki anggota tubuh yang utuh seperti kepala, tangan ,kaki dan lainya.Hal ini dapat menjelaskan bahwa beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku. 2. Faktor Geografis Setiap lingkungan fisik yang baik akan membawa kebaikan pula pada penghuninya. Sehingga menyebabkan hubungan antar individu bisa berjalan dengan baik dan mencimbulkan kepribadian setiap individu yang baik juga. Namun jika lingkungan fisiknya kurang baik dan tidak adanya hubungan baik dengan individu yang lain, maka akan tercipta suatu keadaan yang tidak baik pula. 3. Faktor Kebudayaan Khusus Perbedaan kebuadayaan dapat mempengaruhi kepribadian anggotanya. Namun, tidak berarti semua individu yang ada didalam masyarakat yang memiliki kebudayaan yang sama juga memiliki kepribadian yang sama juga. Dari semua faktor-faktor di atas dan pengaruh dari lingkungan sekitar seperti keluarga dan masyarakat maka akan memberikan pertumbuhan bagi suatu individu. Seiring berjalannya waktu, maka terbentuklah individu yang sesuai dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. *Aliran asosiasi perubahan terhadap seseorang secara bertahap karena pengaruh dan pengalaman atau empiri (kenyataan) luar, melalui panca indera yang menimbulkan sensasiton (perasaan) maupun pengalaman mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflektion. *Psikologi gestalt pertumbuhan adalah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia dalam mengenal sesuatu secara keseluruhan, baru kemudian mengenal bagian-bagian dari lingkungan yang ada. *Aliran sosiologi Pertumbuhan adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dari sifat yang semula asosial maupun sosial kemudian tahap demi tahap disosialisasikan. a. Penjelsan konsep tentang pertumbuhan personal Penekanan pertumbuhan, penyesuain diri danpertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaanjasmaniah)yang herediter dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan. b. Variasi pertumbuhan Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. c. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). d. Fenomenologi pertumbuhan Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33): Daftar pustaka Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia. Prof Dr.H.Baharudin.M.Pd.I.(2009).pendidikan dan psikologi pertumbuhan.yogyakarta.Ar-Ruzz Media. Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius

Rabu, 04 April 2012

Masa remaja tidak dapat dielakan lagi merupakan masa kekacauan jiwa

Dari judul di atas , saya menuliskan tentang masa remaja . saya mengambil sebuah tema ini berasal dari buku mitos keliru dalam psikologi , dari buku ini sebenarnnya kurang memahaminnya maksudnnya , tapi setelah saya membaca temayang membuat saya tertak adalah tema ini.ok lansung saya akanmenjelaskannya ..
Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Masa yang paling indah adalah masa remaja
Banyak orang sering berkata, masa yang paling indah itu adalah masa remaja. Huft, kenapa kok bisa dibilang seperti itu ya? Memang benar adanya masa yang paling berkesan di hati adalah masa remaja. Karena pada saat remaja, kita banyak mengalami suatu awal masa, di mana kita ingin mencari sesuatu yang namanya 'jatidiri'. Pada saat proses pencarian jatidiri kita pasti akan banyak menemukan masalah. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003). Mengapa bisa dikatakan masa remaja merupakan 'masa badai dan tekanan'? Karena setiap periode masa remaja mempunyai masalah sendiri-sendiri. Dan masalah masa remaja itu sering menjadi masalah yang sulit untuk diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Banyak sekali problematika yang sulit kita hadapi pada saat usia remaja, contohnya adalah masalah percintaan, masalah berkenaan dengan rasa ingin tahu dalam segala hal, masalah-masalah internal yang sulit untuk diutarakan kepada orang lain, karena kebanyakan dari mereka merasa sudah mandiri dan sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri, walaupun faktanya tidak seperti yang ia bayangkan.

Mereka berkeras ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orangtua, teman dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mengatasi masalahnya sendiri, menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Seperti dijelaskan oleh Anna Freud, “Banyak kegagalan, yang seringkali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu, tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya, justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok, yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal”

Dalam rubrik saran surat kabar baru- bari ini , ibu ynag jengkel , menulis untuk meminta kolumnis Hap LeCrone (2007) menjelaskan hal-hal yang terjadi pada putrinnya yang berusia 11 tahun ,yang belum lama berselang masih merupakan anak yang santai dan bahagia.” Jika kami menyukai sesuatu, dia malah membencinnya’’ tulis sang ibu . tidak sering ikut pergikami pergi kemana pun , bahkan sikapnnya kadang-kadang tidak sopan. “ sebagian orang menyebut hal itu sebagai penyakit masa remaja”
Pendapat bahwa remaja selalu atau hampir merupakan masa kekacuan emosional , dan para ahli ilmu jiwa populer saat ini semakin memperkuat pendapat bahwa masa remaja biasannya merupakan masa drama keluarga. Maka dari itu ntuk menyelesaikan danmengevaluasiakan pertanyaan tentang masa remaja yang penuh dengan badai dan strees kita perlu meneliti 3 kelompok prilaku pada remaja :
1. Konflik dengan orang tua , terkadang remaja sering kali mengalami konflik dengan orang tua . padahal karna cuman hal sepele tapi remaja menganggap masalah ini besar .
2. Suasana hati yang tidak stabil , remaja menglami hal ini pastinnya karna kadang remaja bisa bersikap dengan suasana hatinnya . kalo suasana hati tidak mood makan yang akan di lakukan remaja marah-marah. Kadang suasana hati gembira mereka akan merasakannya senang dan menikmatinnya .
3. Prilaku berbahya , banyak para remaja yang yang bersikap semena-mena, prilakunnya yang berbahaya bisa kita lihat anak sekolah mengikuti tauran yang membahayakan dirinya sendiri.
Bukti yang menyangkal pendapat bahwa masa remaja yang penuh badai dan sters tidak bisa dielakan lagi adalah data lintas budaya , yang menunjukan bahwa remaja adalah masa yang relatif damai dan tenang dalam banyak masyarakat tradisional dan luar negara barat. Contohnya:
di jepang dan cina , masa remaja biasannya dilalu tanpa kejadian apapun . di jepang 80-90% remaja mengatakan bahwa kehidupan mereka di ruamah “mengasyikan dan menyenangkan”dan melaporkan mempunyai hubungan baik dengan orang tua . kita tidak bisa melihat gangguan signifikan saat remaja di india , arab , asia tenggara dan sebagian besar, selanjutnnya ada bukti sikap kebarat-baratan saat remaja berkaitan dengan meningkatnnya kegelisahan saat remaja ( Dasen,2000)
pengambilan keputusan masa remaja
Usia remaja identik dengan kecorobohan dalam pengambilan keputusan. Tetapi, pada masa ini, remaja lebih sering mengambil keputusan dalam hidupnya secara mandiri. Bahkan akan lebih banyak menentang arahan yang bertentangan dengan keinginnannya.
Pada usia remaja akan memutuskan siapakah teman-teman yang akan dipilih, apakah harus meneruskan pendidikan keperguruan tinggi, masalah asmara akan berkembang pada masa ini. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah remaja sudah mempunyai kompetensi dalam pembuatan keputusan yang diambilnya?
Remaja-remaja yang lebih tua akan lebih kompeten dalam membuat keputusan dibandingkan remaja yang lebih muda. Dibandingkan dengan anak-anak, remaja-remaja muda lebih suka memunculkan pilihan-pilihan, menguji sesuatu dari perspektif yang bervariasi, mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi keputusan, dan sudah dapat mempertimbangkan kredibilitas sumber dan informasi yang diterimanya.
Sebagian besar orang membuat keputusan-keputusan yang lebih baik ketika mereka dalam suasana tenang, tidak dalam keadaaan emosional. Hal tersebut juga berlaku bagi para remaja. Hal ini yang menghambat remaja dalam pengambilan keputusan yang tepat, karena pada masa remaja, sebagian besar dari mereka masih bersifat emosional yang kuat. Remaja yang membuat keputusan bijaksana pada saat tenang bisa saja membuat keputusan yang cukup menekan, emosi-emosi para remaja dapat melemahkan kemampuan pengambilan keputusan mereka.
Kesanggupan membuat keputusan-keputusan yang kompoten bukanlah jaminan bahwa seseorang dapat melakukannya dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, dimana banyaknya pengalaman seringkali memiliki peranan penting. Kursus latihan mengemudi misalnya, meningkatkan keterampilan motorik dan kognitif remaja sehingga setingkat dengan (atau bahkan melebihi) orang dewasa. Akan tetapi latihan mengemudi tidaklah penting adalah mempelajari cara-cara remaja mengambil keputusan dalam situasi-situasi yang actual.

Daftar pustaka

Santrock, Jonh. W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Ruscio,John.2012.Mitos Tentang Keliru Dalam Psikologi.Yogyakarta.B First

Ketika Anak Mengalami Fobia Sekolah

Bagimana jika anak mengalami fobia sekoloah ??? apa penyebab utamanya ??
Di sini saya menjelesakan bagimana anak mengalami fobia sekolah , dan menjelaskan tentang fobia .
Pada saat anak pertama kali masuk , orang tua akan merasa bangga dan tidak menyangka bahwa anaknnya akan bersekolah . banyak orang tua yang menyaksikan anaknnya –anaknnya menggendong tas yang berisi buku pelajaran dan menggunkan seragam . akan tetapi kebahagian itu kadang-kadang menjadi pudar tatkal pada hari berikutnnya meliahat anak-anaknnya tiba-tiba mogok sekolah . walau mungkin anaknnya tersebut sudah di bujuk , di rayu, dan diiming-imingihadiah yang menarik namun tetap saja tidak ingin pergi kesekolah . berbagai alasan yang di kemukakan oleh anak tersebut mulai dari tidak enak badan, sakit perut , sakit kepala , sakit kaki karna memakai sepatu ,takut dimarahi oleh guru ,tidak suka sekolah itu dan lain-lain . mengapa bisa demikian ? Untuk menjawabnnya mari kita mengenali tentang fobia terlebih dahulu .
Fobia sekolah
Memperhatikan fenomena yang sudah diuraikan sebelimnnya ,kemungkinan besar anak mogok sekolah di karenakan sedang mengalami gangguan psikologis yang di sebut fobia sekolah . fobia adalah gangguan , gangguan ketakutan yang tidak rasional dari objek atau situasi yang berbahaya . jadi fobia sekolah adalah bentuk ketakutan yang tidak masuk akal terhadap sekolah .gangguan ini biasannya datang saat jam berangkatnnya sekolah dantiba-tiba hilang saat pulang sekolah serta liburan sekolah . fobia sekolah itu di tandai oleh prilaku yang menolak untuk bersekolah . dalam keadaan terpaksa anak mau sekolahtetapi seseampainnya di sekolah anak bertingkah laku yang sangat aneh , sering menagis , meminta pulang . biasannya anak yang fbia sekolah merasakan tidak aman , sensitif , dan tidak tahu bagimana harus mengatasi emosi yang di rasakan .
Menurut Leah anak akan terlihat teggang saat harus bersekolah . dan akan merasakan takut pada sekolah barunnya .menurut Charels Liden bila ia merasakan fobia lebih baik kembalikan anak pada sekolah tersebut . makin lama di iziinkan untuk tidak masuk sekolah , makin sulit untuk sembuh dari fobia tersebut . Oleh karna itu orang tua menekankanpentingnnya bersekolah , dan berilah masukan positif tentang tempat belajar tersebut . orang tua dapat melepaskan akan secara bertahap . dan orang tua heendaknnya bersikap hangat , penuh pengertian ,namun tegasdan bijaksana sambil menekankan anak bahwa semuannya akan baik-baik saja setibanya di sekolah .
Tingkatan dan tanda-tanda fobia yang di alami anak
Fobia sekolah yang di alami anak terdiri dari tingkatan .
1. Fobia tahap awal atau disebut dengan initial school refusal behavior. Ini adalah prilakumenolak masuk sekolah yang tiba-tiba dan berlansung kurang dari 1 minggu .
2. Fobia yang lebih besar atau di sebut dengan subtantial school refusal behavior. Ini adalah prilaku menolak sekolah yang lebih dari 1 minggu . untuk menyembuhkannya orantua harus bekerja lebih keras , meminta pertolongan kepada guru ,konselor anak , atau guru BP .
3. Fobia tahap akut yang biasa di sebut istilah acute school refusal brhavior. Ini adalah prilaku yang menolak sekolah berlangsung lebih lama lagi .2 minngu atau 1 tahun . untuk menyembuhkannya harus beberapa kali terapi , mungkin juga membutuhkan bantuan psikologi .
4. Fobia tahap berat yang biasa di sebut istilah chronic school refusal behavior. Ini adalah prilaku anak yang menolak sekolah lebih dari 1 tahun . fobia ini selaludiawali dari tahap awal . semakin diizinkan untuk tidak bersekolah , malah fobiannya akan semakin mengkat .
Beberpa tanda anak yang yang menolok sekolah , mau datang ke sekolah tetapi tidak lama lagi meminta pulang ; pergi kesekolah dengan menggis ; menempel terus dengan orang tua yang mengasuhnnya ; atau menunjukan prilaku yang aneh , seperti menjerit-jerit di kelas , agresif terhadap anaklain , bahkan menunjukan sukap yang melawan dan menentang guru .
Beberapa faktor yang menyebabkan fobia sekolah
Mogok sekolah merupakan hal yang sering terjadi pada anak kecil.
Beberapa faktor penyebabnya
Separation anxiety bisa di alami oleh anak dari lingkingan yang harmonis , hangat dan akrab . dari sisi ini terlihat baik , namun tetap saja anak masih mengalami fobia sekolah . karna penyebabnya adalah anak takut merasakan kehilangan , atau takut orang tua mereka takut di culik, atu berfikiran aneh takut orang tua mereka di makan monster atau sebagiannya . ketakutan ini tidak di buat-buat , namu merupakan fenomena yang biasa hinggap pada anak balita . oleh karna itu mereka tidak ingin berpisah dengan orang tua malah mereka ingin selalu bersamannya , ingin nempel terus serta lengket . bisa muncul kala anak selesai liburan panjang ataupun mengalami sakit serius sehingga tidak bisa masuk sekolah dlam waktu yang panjang .
Beberapa cara untuk menangani fobia sekolah
1. Tetap menekankan anak pentingnnya sekolah . walaupun anak tidak mau sekolah sebagai orang tua , harus menasehati pentingnnya bersekolah dan harus tetap mengizinkan anak bersekolah walau beresiko.
2. Buka komunikasi dengan anak-anak dan perhatikan keluahan –keluahan mereka . biarkan anak tetap bercerta kenapa ia tidak mau bersekolah . sebagi orang tua yang baik berikann perhatian dan ambil tindakan yang bijaksana.
3. Berusahalah tegas dan konsisten dalam beraksi dalam keluhan , rengekan dan tramtrum anak tidak ingin sekolah.
4. Konsultasikan masalah kesehatan anak kepada dokter . jika orang tua tidak yakin anaknnya sehat bawalah kedokter , jika anak tersebut hanya beralasan akan ketahuan .
5. Bekerja sama dengan guru , agar guru memberiakan perhatian yang ekstra dan dapat membantu menaggulangi ke cemasan gelisah dan takut .
6. Luangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak. Luangkan waktu yang intensif tidak tergesah-gesah , tanyakan mengapa anak tidak mau bersekolah , kenapa cemas , takut dan gelisah ,
7. Lepaskan anak secara bertahap . di sini akan mengurangi anak untuk tidak selalu dengan orangtuannya , dan ia dapat beadaptasi dengan teman , serta lingkungan sekolahnnya .
8. Konsultasiakn kepada psikolog atau konselor anak jika fobia ini berlarut-larut .
Daftar Pustaka
Musbikin,Imam.2012.Mengatasi Anak Mogok Sekolah Dan Malas Belajar.Yogyakarta : Laksana
Akbar,R. (2001). Psikologi perkembangan anak. Jakarta : P.T. Grasindo.

CARA MEMBUAT PIZZA

Soft Dough Pizza

Bahan kulit
350 gram tepung terigu protein tinggi
15 gram gula pasir
5 gram ragi instan
20 gram susu bubuk
200 ml air es
50 gram mentega putih
1 sendok teh garam
Bahan pelengkap
150 gram saus pizza siap pakai
50 gram jamur champingnon , iris tipis
150 gram keju mozarella , parut kasar
Cara membuat
1. Kulit : campur tempung terigu, gula pasir, ragi instan , dan susu bubuk. Masukan air es sedikit sedikt sambil di uleni sampai kalis.
2. Tambahkan mentega putih dan garam. Aduk sanpai elastis . diamlkan 30 menit
3. Bagi 3 bagian , bentuk bulat adonan. Diamkan 10 menit
4. Giling tipis adonan bentuk bulay dengan sisi sedikit lebih tebal. Tusuk-tusuk dengan garpu bagian tengannya . diamkan 30 sampai menggembung.
5. Oven 8 menit dengan api bawah suhu 190 derajat celcius sampai setengah matang
6. Oleskan saus pizza dia atas pizza, taburkanjamurdan keju .
7. Ovenlagi 10 menit sampai matang .

Cara membuat saus pizza

Pizza sauce

Bahan
1 buah ( 200 gram ) bombay besar ,cincang halus
5 buah (500 gram ) tomat segar ,rebus dan buang kulitnnya serta isinnya , cicang halus
100 gram tomat pasta
1 sendok teh garam
¼ sendok teh merica bubuk
1 sendok teh gula pasir
1 ½ sendok teh oregano
100 ml air
4 sendok makan minyak zaitun untuk menumis
Cara membuat
1. Tumis bawang bombay sampai harum . masukan tomat segar . tumis sampai layu. Masukan tomat pasta, garam , merica bubuk , gula pasir , dan air . masukam saus sambil diaduk rata sampai kental damn meletup-letup.
2. Menjelang di angkat tambahkan oregano , aduk rata .

Senin, 19 Maret 2012

sejarah kesehatan mental, konsep sehat dan dimensi sehat,serta kepribadian sehat

di sini saya akan membahas bagaimana tentang kesehatan mental , mulai dari sejarah , sehat itu apa ??? serta kepribadian sehat ... marii di cek langsung...

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental

Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.[1]
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Konsep sehat
Konsep sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas daripenyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secaraekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok ataumasyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagikehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Kepribadian sehat
Hingga saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya

Konsep sehat psikoanalisa, behavioristik, humanistik. Pada dasarnya kedua teuri ini sama-sama mengabaikan potensi atau kodrat manusia. Akan tetapi ada beberapa perbedaaan juga yang sangat mendasar sebagai berikut :
1. Psikoanalisa
• Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini
• Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
• Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
• Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
• Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.

2. Behaviorisme yaitu :
• Mementingkan faktor lingkungan
• Menekankan pada faktor bagian
• Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
• Sifatnya mekanis
• Mementingkan masa lalu
manusia diperlukan sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya. Aliran ini menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. Dan ciri-cirinya yaitu : tersusun baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan krativitas.

3. Humanistik

A. Allport
Beliau lebih optimis tentang kodrat manusia dan ia memperlihatkan keharuan yang luar biasa terhadap manusia. Sifat-sifat tampak bersumber pada anak-anaknya. Orang tuanya menekankan kerja keras dan kesalihan, dan mereka membentuknya dengan kerja keras dan kasih sayang. Semangat peri kemanusian di tanamkan pada keluarga mereka dan Allport yang masih muda dituntut untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam masalah-masalah kehidupan.
Teori-teori yang dikembangkan oleh Allport banyak direduksi dari pengalaman pribadinya, seperti pandangannya tentang teori kodrat kepribadian. Allport menggambarkan kodrat manusia terdiri dari beberapa komponen dasar seperti pandangan yang positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Disinilah letak perbedaan pandangan antara Frued dan Allport, dia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh pikiran-pikiran bawah sadar, kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi.
Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang yang neuritis. Akan tetapi individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Allport berpendapat bahwa sebagian dari kepribadian manusia hanya sedikit yang besar dari dorongan yang sehat. Organisme perlu mempertahankan suatu tingkat kepuasan tertentu untuk mendorong unsur biologis terhadap makanan, air, seks,dan tidur. Apabila orang itu sehat, maka ia membutuhkan makananan dan istirahat. Selanjutnya apabila orang itu sakit maka ia akan membutuhakan aktivitas yang baru dan mulai mengerjakan suatu kegemaran. Membaca sebuah buku yang membangkitkan semangat, dan melakukan aktivitas-aktivitas yang lain.
Istilah proprium dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjukkan sesuatu yang dimilki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai diri yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”. Intilah inilah yang kemudian membedakan konsep Allport dengan konsep-konsep lainnya.
Proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolesens melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep yaitu proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri”. Dan munculnya proprium merupakan satu persyaratan untuk suatu kepribadian yang sehat. Ketujuh tingkata proprium tersebut antara lain :

Proprium diri jasmaniah
Terjadi secara berangsur-angsur, dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perceptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain ‘diluar lainnya’. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang disekitarnya dan benda-benda, perbedaan ini menjadi jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan munculnya tingkat pertama perkembangan proprium. Kesadaran akan “saya jasmaniah” tersebut Allport menyebutnya “jangkar abadi untuk kesadaran diri kita”.

Identitas diri
Pada tingkatan kedua ini seseorang mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.

Harga diri
Merupakan tingkat ketiga dari perkembangan proprium, yang menyangkut perasaan bangga dari diri anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan; apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibat timbul dari peraaan dihina dan marah. Inti munculnya harga diri ialah kebutuhan akan otonomi.

Perluasan diri (self extention)
Pada tingkatan ini anak mulai mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”. Dan ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan.

Gambaran diri
Berkembang pada tingkat selanjutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya.

Diri sebagai pelaku rasional
Pada tingkatan ini aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajar dapat memecahkan masalah dengan mengunakan proses-proses yang logis dan rasional.

Perjuangan proprium (propriate striving)
Tingkat ini merupaka tingkat terakhir dalam perkembangan diri - timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas adalah definisi suatu tujuan hidup.

Kemempuan menghindari reaksi berlebihan terhadap masalah (Emotional security).
Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.

Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.


B. Carl Rogers
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
Peranan Positive Regard dalam kepribadian individu?
Peranan positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):

Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

C. Abraham Maslow
Beliau dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik ini. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap Psikologi behavioristik dan Psikoanalisis.
Menurut Maslow Psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang Nampak, juga mempelajari erilaku yang tidak Nampak. Mempelajari ketidak sadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metoda penelitian yang telah disingkirikan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi.

Ada empat cirri psikologi yang berorientasi Humanistik, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Member tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3. Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal dengan client-centered therapy.

Selanjutnya konsep yang menjadikan teori aliran psikologi humanistik tiada duanya adalah konsep dari tokoh aliran ini yaitu Abraham Maslow yang menyatakan “studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psokologis yang lebih semesta( Frank Goble,1993,34 )
Krtik-kritik dari psikologis humanistik menunjukan perbedaaan dan asumsi yang berbeda dengan aliran –aliran lain:
1.Psokologi humanistik tidak mengagungkan metode statistik dan serba rata-rata tetapi melihat pada yang mungkin dan harus ada.
2.Psikologis humanistik tidak berlebihan melakukan penelitian eksperimen pada binatang tetapi pada kodrat manusia beserta sifat-sifat manusia yang positif.
Aliran humanistik ini lebih memandang manusia sebagai pribadi yang unik atau kreatif dan dapat mengembangkan dirinya ke yang lebih baik lagi sesuai dengan kemampuannya.
dan cenderung punya pandangan yang segar tentang manusia.


D. Eric Fromm
Kepribadian sehat menurut Eric Fromm adalah teori yang menggunakan pendekatan sosial psikologis dimana pemusatan perhatianya pada penguraian cara-cara dimana struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu membentuk para anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat . Karena pada dasarnya manusia terpisah dari alam dan dari sesamanya maka cara mempersatukan adalah melalui belajar bagaimana mencitai atau bagaimana meemukan keamanan dengan menyelaraskan keinginannya dengan masyarakat yang otoriter , karna manusia adalah mahluk yang memiliki kesadran pikiran akal sehat daya akal, kesanggupan untuk mencintai , perhatian tanggung jawab integritas bisa di lukai mengalami kesedihan sehingga apbila dalam kaitanya manusia kurang dalam menanggapi hal yang di sebutkan tersebut maka manusia tersebut bisa di katakan tidak sehat secara mental menurut Eric fromm .

Kebutuhan dasar manusia menurut eric fromm :
1. Kebutuhan akan keberhubungan kebutuhan ini adalah secara spesifik aktif dan produktif mencintai orang lain .
2. Kebutuhan akan trandensi mengungguli alam menjadi mahluk yang kreatif Kebutuhan akan kemantapan ingin meiliki rasa bersahaja pada dunia dan orang lain supaya dapat beradaptasi di dunia .
3. Kebutuhan akan idenditas brusaha untuk memiliki rasa idenditas personal dan keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari dunia.
4. Kebutuhan akan kerangka orientasi untukmencptakan rasa yang terlepas dari dunia. Hal kebutuhan tersebut adalah sifat alamiah dari manusia menurut fromm dan ini berubah saat evolusi namun manivestasi dari kebutuhan ini adalah akan memunculkan potensi-potensi batiniah di tentukan oleh aturan-aturan sosial di mana ia hidup dan kepribadian seseorang berkembang menurut kesempatan-kesempatan yang di berikan kepadanya oleh masyarakat tertentu .

Daftar Pustaka
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius

konsep sehat dan dimensinya

Konsep sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas daripenyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secaraekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok ataumasyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagikehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Daftar Pustaka
Sutardjo A. Wiraminardja.2010.Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : Refika aditama
Siswanto,Spsi.2007.Kesehatan Mental.Yogyakarta : Andi

Minggu, 18 Maret 2012

Kepribadian sehat

Kepribadian Sehat
Hingga saat ini, para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Kepribadian Sehat Psikoanalisa, Behavioristik, Humanistik
Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama mengabaikan potensi/kodrat manusia. Akan tetapi ada beberapa perbedaan juga yang sangat mendasar. Sebagai berikut :

1. Psikoanalisa
• Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini
• Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
• Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
• Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
• Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar (id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.

2. Behaviorisme yaitu :
• Mementingkan faktor lingkungan
• Menekankan pada faktor bagian
• Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
• Sifatnya mekanis
• Mementingkan masa lalu
manusia diperlukan sebagai mesin, layaknya alat pengatur panas yang mengatur semuanya. Aliran ini menganggap manusia yang memberikan respons positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia dianggap tidak memiliki sikap diri sendiri. Dan ciri-cirinya yaitu : tersusun baik, teratur dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup dan krativitas.

3. Humanistik

A. Allport
Beliau lebih optimis tentang kodrat manusia dan ia memperlihatkan keharuan yang luar biasa terhadap manusia. Sifat-sifat tampak bersumber pada anak-anaknya. Orang tuanya menekankan kerja keras dan kesalihan, dan mereka membentuknya dengan kerja keras dan kasih sayang. Semangat peri kemanusian di tanamkan pada keluarga mereka dan Allport yang masih muda dituntut untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam masalah-masalah kehidupan.
Teori-teori yang dikembangkan oleh Allport banyak direduksi dari pengalaman pribadinya, seperti pandangannya tentang teori kodrat kepribadian. Allport menggambarkan kodrat manusia terdiri dari beberapa komponen dasar seperti pandangan yang positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Disinilah letak perbedaan pandangan antara Frued dan Allport, dia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh pikiran-pikiran bawah sadar, kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi.
Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang yang neuritis. Akan tetapi individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Allport berpendapat bahwa sebagian dari kepribadian manusia hanya sedikit yang besar dari dorongan yang sehat. Organisme perlu mempertahankan suatu tingkat kepuasan tertentu untuk mendorong unsur biologis terhadap makanan, air, seks,dan tidur. Apabila orang itu sehat, maka ia membutuhkan makananan dan istirahat. Selanjutnya apabila orang itu sakit maka ia akan membutuhakan aktivitas yang baru dan mulai mengerjakan suatu kegemaran. Membaca sebuah buku yang membangkitkan semangat, dan melakukan aktivitas-aktivitas yang lain.
Istilah proprium dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjukkan sesuatu yang dimilki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai diri yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”. Intilah inilah yang kemudian membedakan konsep Allport dengan konsep-konsep lainnya.
Proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolesens melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep yaitu proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri”. Dan munculnya proprium merupakan satu persyaratan untuk suatu kepribadian yang sehat. Ketujuh tingkata proprium tersebut antara lain :

Proprium diri jasmaniah
Terjadi secara berangsur-angsur, dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perceptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain ‘diluar lainnya’. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang disekitarnya dan benda-benda, perbedaan ini menjadi jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan munculnya tingkat pertama perkembangan proprium. Kesadaran akan “saya jasmaniah” tersebut Allport menyebutnya “jangkar abadi untuk kesadaran diri kita”.

Identitas diri
Pada tingkatan kedua ini seseorang mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.

Harga diri
Merupakan tingkat ketiga dari perkembangan proprium, yang menyangkut perasaan bangga dari diri anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan; apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibat timbul dari peraaan dihina dan marah. Inti munculnya harga diri ialah kebutuhan akan otonomi.

Perluasan diri (self extention)
Pada tingkatan ini anak mulai mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”. Dan ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan.

Gambaran diri
Berkembang pada tingkat selanjutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya.

Diri sebagai pelaku rasional
Pada tingkatan ini aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajar dapat memecahkan masalah dengan mengunakan proses-proses yang logis dan rasional.

Perjuangan proprium (propriate striving)
Tingkat ini merupaka tingkat terakhir dalam perkembangan diri - timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas adalah definisi suatu tujuan hidup.

Kemempuan menghindari reaksi berlebihan terhadap masalah (Emotional security).
Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.

Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.


B. Carl Rogers
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
Peranan Positive Regard dalam kepribadian individu?
Peranan positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):

Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri, Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

C. Abraham Maslow
Beliau dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik ini. Gerakan ini merasa tidak puas terhadap Psikologi behavioristik dan Psikoanalisis.
Menurut Maslow Psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari yang Nampak, juga mempelajari erilaku yang tidak Nampak. Mempelajari ketidak sadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metoda penelitian yang telah disingkirikan, harus dikembalikan lagi sebagai metoda penelitian psikologi.

Ada empat cirri psikologi yang berorientasi Humanistik, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada person mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Member tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, akutalisasi diri, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3. Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu. Selain Maslow sebagai tokoh dalam Psikologi Humanistik, juga Carl Rogers, yang terkenal dengan client-centered therapy.

Selanjutnya konsep yang menjadikan teori aliran psikologi humanistik tiada duanya adalah konsep dari tokoh aliran ini yaitu Abraham Maslow yang menyatakan “studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya mutlak menjadi fondasi bagi sebuah ilmu psokologis yang lebih semesta( Frank Goble,1993,34 )
Krtik-kritik dari psikologis humanistik menunjukan perbedaaan dan asumsi yang berbeda dengan aliran –aliran lain:
1.Psokologi humanistik tidak mengagungkan metode statistik dan serba rata-rata tetapi melihat pada yang mungkin dan harus ada.
2.Psikologis humanistik tidak berlebihan melakukan penelitian eksperimen pada binatang tetapi pada kodrat manusia beserta sifat-sifat manusia yang positif.
Aliran humanistik ini lebih memandang manusia sebagai pribadi yang unik atau kreatif dan dapat mengembangkan dirinya ke yang lebih baik lagi sesuai dengan kemampuannya.
dan cenderung punya pandangan yang segar tentang manusia.


D. Eric Fromm
Kepribadian sehat menurut Eric Fromm adalah teori yang menggunakan pendekatan sosial psikologis dimana pemusatan perhatianya pada penguraian cara-cara dimana struktur dan dinamika-dinamika masyarakat tertentu membentuk para anggotanya sehingga karakter para anggota tersebut sesuai dengan nilai yang ada pada masyarakat . Karena pada dasarnya manusia terpisah dari alam dan dari sesamanya maka cara mempersatukan adalah melalui belajar bagaimana mencitai atau bagaimana meemukan keamanan dengan menyelaraskan keinginannya dengan masyarakat yang otoriter , karna manusia adalah mahluk yang memiliki kesadran pikiran akal sehat daya akal, kesanggupan untuk mencintai , perhatian tanggung jawab integritas bisa di lukai mengalami kesedihan sehingga apbila dalam kaitanya manusia kurang dalam menanggapi hal yang di sebutkan tersebut maka manusia tersebut bisa di katakan tidak sehat secara mental menurut Eric fromm .

Kebutuhan dasar manusia menurut eric fromm :
1. Kebutuhan akan keberhubungan kebutuhan ini adalah secara spesifik aktif dan produktif mencintai orang lain .
2. Kebutuhan akan trandensi mengungguli alam menjadi mahluk yang kreatif Kebutuhan akan kemantapan ingin meiliki rasa bersahaja pada dunia dan orang lain supaya dapat beradaptasi di dunia .
3. Kebutuhan akan idenditas brusaha untuk memiliki rasa idenditas personal dan keunikan guna menciptakan rasa yang terlepas dari dunia.
4. Kebutuhan akan kerangka orientasi untukmencptakan rasa yang terlepas dari dunia. Hal kebutuhan tersebut adalah sifat alamiah dari manusia menurut fromm dan ini berubah saat evolusi namun manivestasi dari kebutuhan ini adalah akan memunculkan potensi-potensi batiniah di tentukan oleh aturan-aturan sosial di mana ia hidup dan kepribadian seseorang berkembang menurut kesempatan-kesempatan yang di berikan kepadanya oleh masyarakat tertentu .

DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, S.Psi . 2007. Kesehatan Mental .Yogyakarta : Andi
Shultz, Duane. 1991. Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius

teori perkembangan menurut Erick Erikson dan Sigmund Freud

Erik Erikson (lahir di Frankfurt-am-Main, Jerman, 15 Juni 1902 – meninggal di Harwich, Cape Cod, Massachusetts, Amerika Serikat, 12 Mei 1994 pada umur 91 tahun) adalah seorang psikolog Jerman yang terkenal dengan teori tentang delapan tahap perkembangan pada manusia. Sebenarnya Erikson adalah seorang psikolog Freudian, namun teorinya lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan jika dibandingkan dengan para psikolog Freudian lainnya.
Erikson menjadi terkenal karena upayanya dalam mengembangkan teori tentang tahap perkembangan manusia yang dirintis oleh Freud. Erikson menyatakan bahwa pertumbuhan manusia berjalan sesuai prinsip epigenetik yang menyatakan bahwa kepribadian manusia berjalan menurut delapan tahap. Berkembangnya manusia dari satu tahap ke tahap berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya. Pembagian tahap-tahap ini berdasarkan periode tertentu dalam kehidupan manusia: bayi (0-1 tahun), balita (2-3 tahun), pra-sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (7-12 tahun), remaja (12-18 tahun), pemuda (usia 20-an), separuh baya (akhir 20-an hingga 50-an), dan manula (usia 50-an dan seterusnya).
Siklus kehidupan menurut Erikson
1. Kepercayaan vs ketidak-percayaan, 0-1 tahun.
2. Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu, 1-3 tahun.
3. Inisiatif vs rasa bersalah, 3-5 tahun.
4. Industri vs inferioritas, 6-11 tahun.
5. Identitas vs difusi, 12-18 tahun.
6. Keintiman vs absorpsi diri atau isolasi, 19-25 tahun.
7. Generativitas vs stagnasi, 25-45 tahun.
8. Integritas vs keputus asaan dan isolasi, 45-meninggal.
1. Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Oleh karena itu kadang-kadang bayi menangis bila di pangku oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau menghadapi situasi-situasi tersebut seringkali bayi menangis.
2. Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia ga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
3. Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat.
4. Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
5. Masa Remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan identity – Identity Confusion. Sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan–kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan identitas diri yang kuat di satu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan toleransi yang besar terhadap kelompok sebayanya. Di antara kelompok sebaya mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
6. Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
7. Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan generativity – stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas. Untuk mengerjakan atau mencapai hal – hal tertentu ia mengalami hambatan.
8. Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya. Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa. Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan acapkali menghantuinya.




Tahap perkembangan kepribadian menurut freud
a. Tahap Oral
Tahapan ini berlangsung selama 18 bulan pertama kehidupan.
Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
b. Tahap Anal
Tahapan ini berlangsung antara usia 1 dan 3 tahun. Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.
c. Tahap Phallic
Tahapan ini berlangsung antara usia 3 dan 6 tahun. Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dnegannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
d. Tahap Latency
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
e. Tahap Genital
Tahapan ini berlangsung antara kira-kira dari masa pubertas dan seterusnya. Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.

Daftar pustaka
Suryabrata, Sumadi. 1983.Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
A.Supratiknya. 1993. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta : Kanisius

sejarah kesehatan mental

Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental ???? apa sii sejarah kesehatan mental ??? bagaimanajlanannya sejarah ini ?? ok di sini saya akan membahas bagaimana dan apa sejarah kesahatan mental tersebuut ,,marii kita lihat sendirii dan cek ..

psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.[1]
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.
Daftar pustaka
Semiun, Yustinus . 2006 . Kesehatan Mental . Yogyakarta : Kanisius
Siswanto, S.Psi . 2007. Kesehatan Mental .Yogyakarta : Andi